SBT 1: (Romance-Comedy)

Hai,Tutut Laraswati. Nomer urut 1.

Evnaya mau dong ikutan SBT-nya.

Kalo bisa request urutan ke-7.

Mister Izzy mau dong ikutan SBT-nya

Helmi Yani mau dong ikut SBT nya

Hai Mister Izzy here, here we go part 3 dari SBT Romance Komedi OWOP

Episode sebelumnya
1. Rias
Pengagum Rahasia
www.riasrise.com/2016/05/story-blog-tour-pengagum-rahasia.html?m=1
2. Dini
diniriyani.blogspot.co.id/2016/05/rencana-yang-gagal.html?m=1
3. Mister Izzy

BUKU PENELITIAN BIRU

“Eits sebentar, I have an idea” Ujarku dengan mata yang berbinar.

“munch…munch…idhhe appha…munch..munch” Tala masih sibuk saja mengunyah.

PLAK

“Berhenti ngunyahnya dulu kenapa Tal!” aku memukulnya dengan buku tulis yang sembarang aku ambil.

“aduuuhh, galak banget nih princess, pantes jodoh lo jauh” jawab Tala dengan kesal.

PLAK PLAK

“TALAAAAAA……” aku kembali memukulnya dengan buku yang sama.

“Ampuuuuuunnnnn T_T” jerit Tala meringis, sambil mengangkat tangan menghentikan pukulanku.

“Lagian rese” ujarku berkacak pinggang dan memasang wajah cemberut.

“Jeuh, entar kalau di keplak gini terus gue jadi idiot, ga ada yang mau ama gue gimana?, kala lo kan udah biasa hidup jomblo” celetuk Tala dengan masig mengusap-ngusap kepalanya yang sakit.

“Tala? Mau lagi?” ujarku sambil melotot dan mengangkat buku yang sudah ku gulung sebagai pemukul.

“Eh hiya iya piss, abis lo bulliable sih orangnya,hahaha” jawab tala mengangkat dua jarinya dan tertawa cengengesan.

“Okay what’s the plan?” Sambung Tala, mengalihkan perhatianku yang masih mengangkat buku untuk memukul.

Aku kemudian mengambil tas kuliahku yang terletak diatas meja belajar. Setelah duduk aku lalu mengeluarkan buku biru seukuran diary yang selalu menemaniku dimanapun aku pergi. Isinya? Hmm… catatan penelitian tentang…

“Buku apa tuh? Diare?” Tala tiba memutus pikiranku yang sedang mengingat-ingat isi buku itu.

“Mules kali, bukan… bukan diary”

“Terus apa dong?” ujar Tala penasaran, sambil melihat buku ditanganku itu.

“Hmm, gue malu Tal” wajahku memerah memeluk buku itu.

“Jiailah, sini!” Tala tiba-tiba merenggut buku itu dari dekapanku.

“Eeeehhhh…. jangan!”
Terlambat, Tala sudah membawanya jauh dari jangkauanku. Ia kemudian tertawa saat membaca lembar pertama didepannya, lalu kemudian tertawa kencang.

“Ardit Satria Nugraha Love Kirana Kusuma Dinarti, wuidiihhhh geli, hahahahaha”

“Tala! Ihhh” aku masih terdiam duduk, bingung antara harus merasa kesal atau malu.

“Baiklah, biodata lengkap, hobi, makanan favorit, pakaian favorit, warna batik hari senin-jum’at, jenis batik yang dipakai, pekalongan, mega mendung, keris, beuhh lengkap banget Ran!” ujarnya sambil membalik-balik lembar demi lembar buku itu.

“Udahlah Tal fokus, buka halaman tengah, aku tau jadwal dia pergi kemana aja setiap hari kalau kuliah” ujarku untuk menghentikan Tala membaca bagian yang tidak perlu (dan membuatku tambah malu).

“Gila, kayanya lo bakat jadi detektif eh bukan deng, psikopat atau pembunuh bayaran, bisa punya catatan sedetail gini” ujarnya menyeringai jahat.

“Itu…hmm, udahlah lo sih ga pernah ada di posisi gue dan merasakan perasaan yang gue rasakan” kataku dengan tertunduk.

“Oke deh cantiiik, maaf yaaaah” ujar Tala menghiburku sambil mencubut pipiku
“Yuk kita liat aja, hari ini dia kemana…” sambung Tala, sambil membuka halaman tengah yang sudah, kutandai dengan pita biru.

Ardit kuliah dari Senin sampai Jum’at kecuali hari Kamis. Rabu sore ini Ardit biasanya latihan basket bersama teman UKM Basket selesai ngampus di lapangan tengah. Mereka mulai bermain pukul 16.00 WIB sampai pukul 17.30 WIB, seselesainya biasanya dia nongkrong sama teman-temannya dikantin sampai menjelang maghrib baru dia pulang.

“Yup, I got the plan, kita lihat aja dia pas lagi maen basket, kalau memang perempuan itu ada hubungan khusus sama Ardit pasti dia ada disana” ujar Tala tiba-tiba memecah kebisuan kita berdua.

“Hmm, boleh deh yuk kita ke kampus, sekarang baru jam tiga, masih keburu ngangkot sampai kampus” jwabku seraya beranjak siap-siap.

“Tunggu, tunggu, tapi kamu udah siap kan Ran?” ujar Tala menarik tanganku untuk tidak beranjak.

“Maksudnya nerima kenyataan, kalau aja si Ardit udah jadian sama perempuan itu” sambung Tala menatap mataku.

DEG

Aku baru sadar kemungkinan-kemungkinan yang Tala ucapkan, bisa saja saat itu mereka sedang bemesraan. Perempuan itu mungkin duduk disudut lapangan, membawakan Ardit minuman dan handuk. Mereka bercanda tertawa berdua, menatap mata satu sama lain dengan penuh cinta lalu wajah mereka saling mendekat dan…

“…”

“Ran…”

“…”
Aku masih sibuk membayangkan hal-hal buruk yang membuat dadaku sesak.

“Ran, we have to do this, kamu harus tahu hubungan mereka yang sebenarnya” ujar Tala.

“Lagipula, the world would not end if you lost him, there is a lot of fish in the ocean, masih banyak ikan di laut, masih banyak cowok di kampus yang cakep dan baik buat kamu, oke?” Sambung Tala sambil memegang kedua pundakku, menatapku dengan pandangan yang menyemangati beserta senyumnya yang menenangkan.

“Kamu emang temenku yang terbaikkkkkk Tal” ujarku sembari tersenyum dan memeluk erat sahabatku karibku ini.

“Ihhh peluk-peluk, mandi sana, bau keringet tauuuuu” ujar Tala menyingkirkan pelukanku lalu menutup hidungnya.

Aku hanya tertawa ceriwis lalu kemudian pergi mandi dan bersiap. Setengah jam kemudian setelah bersiap, menaiki angkutan kota dan berjalan sedikit kami sampai di kampus. Lapangan terletak di tengah wilayah kampus, jadi setelah dari gerbang kami harus melewati beberapa fakultas. Saat berjalan beriringan dengan Tala, tiba-tiba ia menarik tanganku kebelakang tiang bangunan kampus.

“Ran, itu perempuannya yang jalan sama Ardit” ujarnya sambil menunjuk seseorang. Perempuan yang cukup tinggi langsing, berkulit putih berawajah oriental dengan rambut panjang semi pirang lurus tergerai, memakai kaus putih dengan blazer biru, dengan rok levis dibawah lutut berwarna biru navy. Satu kata yang dapat menggambarkannya adalah ‘Cantik’, pantas saja bila Ardit suka padanya.

“Kayanya dia juga mau ke lapangan basket deh Ran, yuk cepetan sebelum keduluan”

“…”

“Ran… hayuuk”

“…”
Aku hanya dapat terdiam dengan seribu lamunanku akan kemungkinan kejadian berikutnya.

Bersambung...