Post by NICA on Feb 22, 2016 17:51:52 GMT 7
Penduduk bumi bersertifikat dengan nama Annisa Fitrianda Putri. Pada prosesnya, aku memiliki begitu banyak panggilan. Salah satunya adalah Nica. Mahasiswa psikologi yang benci pengkotakan atas abnormalitas atau apa saja. Senang berdiskusi tentang apa saja, dan senang memperhatikan apa dan siapa saja. Kerap menganalisis, dan berakhir dengan menoyor kepala sendiri.
Saat kelas 1 SD dikatakan tidak cakap membaca dan harus ikut pelajaran tambahan membaca, tidak membuatku lantas membenci membaca. Ayahku bercerita, bahwa sejak kecil, aku sudah berkeinginan membuat perpustakaan. Meski, pada akhirnya buku-buku yang sudah kukumpulkan justru berakhir rusak, entah karena rayap, banjir, dan/atau hilang. Iya kalau hilang, da hatiku yang rusak :'<
Adiktif pada buku-buku yang ditulis Dee. Kagum setengah mati dengan bagaimana Dee meramu bahasa-bahasa gaul menjadi sesuatu yang tidak kaku meski bersanding dengan kata baku. Jatuh hati pada bagaimana Dee membuat aku menjadi pembaca yang sukses. Iya, pembaca yang sulit move on setelah membaca lembar terakhir. Dan mulai tergerak menulis setelah mengenal tulisan-tulisan Adimas Immanuel.
Menulis dan membaca adalah dua yang tidak dapat dipisahkan. Aku membaca untuk terus hidup, bermimpi, percaya, menggapai, dan menulis. Aku menulis untuk menjadi, merasakan, peka, dan membaca.
Selain pada buku, juga cukup adiktif pada musik-musik barat. #yamaap.
Saat ini, masih terus berusaha untuk menjadi pendengar dan pemerhati yang baik. Dan masih bekerja keras untuk dapat berpikiran terbuka.
Dan di sanalah aku. Dermaga yang kian tua dan reot, dihempas air laut berkali-kali, membacanya, menuliskannya. Menyulapku agar tak lekang olehmu.
--Tertanda, yang terlahir pada tanggal yang persis sama dengan legenda Imagine, lima puluh tiga tahun kemudian
Saat kelas 1 SD dikatakan tidak cakap membaca dan harus ikut pelajaran tambahan membaca, tidak membuatku lantas membenci membaca. Ayahku bercerita, bahwa sejak kecil, aku sudah berkeinginan membuat perpustakaan. Meski, pada akhirnya buku-buku yang sudah kukumpulkan justru berakhir rusak, entah karena rayap, banjir, dan/atau hilang. Iya kalau hilang, da hatiku yang rusak :'<
Adiktif pada buku-buku yang ditulis Dee. Kagum setengah mati dengan bagaimana Dee meramu bahasa-bahasa gaul menjadi sesuatu yang tidak kaku meski bersanding dengan kata baku. Jatuh hati pada bagaimana Dee membuat aku menjadi pembaca yang sukses. Iya, pembaca yang sulit move on setelah membaca lembar terakhir. Dan mulai tergerak menulis setelah mengenal tulisan-tulisan Adimas Immanuel.
Menulis dan membaca adalah dua yang tidak dapat dipisahkan. Aku membaca untuk terus hidup, bermimpi, percaya, menggapai, dan menulis. Aku menulis untuk menjadi, merasakan, peka, dan membaca.
Selain pada buku, juga cukup adiktif pada musik-musik barat. #yamaap.
Saat ini, masih terus berusaha untuk menjadi pendengar dan pemerhati yang baik. Dan masih bekerja keras untuk dapat berpikiran terbuka.
Dan di sanalah aku. Dermaga yang kian tua dan reot, dihempas air laut berkali-kali, membacanya, menuliskannya. Menyulapku agar tak lekang olehmu.
--Tertanda, yang terlahir pada tanggal yang persis sama dengan legenda Imagine, lima puluh tiga tahun kemudian